Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sosialisasi KPUD Indramayu: Serimoni belaka dan Mirip Tamasya, Rakyat Kehilangan Esensi Pemilu




Reportasebarak.com, Indramayu, – Sosialisasi pemilu yang digelar Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Indramayu melalui acara Media Gathering pada 23 Oktober 2024 mendatang menuai kritik dari berbagai kalangan. Bukannya fokus pada edukasi pemilih dan peningkatan partisipasi politik masyarakat, kegiatan ini dianggap lebih menyerupai tamasya mewah yang mengaburkan esensi demokrasi.


Acara yang digelar di Montana Boutique Hotel, Kuningan, lokasi yang jauh dari pusat kota Indramayu, menimbulkan pertanyaan terkait efektivitas kegiatan ini dalam menjangkau masyarakat luas. Banyak yang mempertanyakan manfaat dari sosialisasi yang dilakukan di tempat eksklusif ini, terutama dalam hal menyampaikan pesan penting mengenai pemilu.


Berdasarkan surat undangan resmi dengan Nomor: 1387/PP.06.2-Und/3212/2024, KPUD Indramayu menyebutkan bahwa acara ini diselenggarakan sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2017 tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat. Namun, pelaksanaan acara di tempat yang dianggap "mewah" tersebut justru bertolak belakang dengan semangat efisiensi anggaran serta penjangkauan kepada masyarakat akar rumput, yang menjadi sasaran utama dalam upaya meningkatkan kesadaran pemilu.


"Pemilu itu soal partisipasi masyarakat. Kalau acara sosialisasi pemilih malah diadakan di tempat mewah seperti hotel, yang dijangkau oleh segelintir elite dan jurnalis, pesan pentingnya jadi hilang. Apa gunanya?" ujar Yudi, seorang aktivis pemilu lokal. Menurutnya, sosialisasi harusnya lebih difokuskan kepada pemilih pemula, kaum marginal, serta masyarakat di daerah terpencil, bukannya acara seremonial di tempat-tempat eksklusif.


Pandangan serupa juga diungkapkan oleh para akademisi. Mereka menilai pola semacam ini menunjukkan ketidakseriusan KPUD dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang inklusif. Menurut mereka, sosialisasi yang efektif seharusnya dilakukan di lokasi-lokasi yang lebih dekat dengan masyarakat, seperti pasar, sekolah, atau ruang publik, di mana informasi pemilu bisa langsung diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.


"Pemilu adalah milik semua warga negara, bukan hanya milik kalangan elite atau jurnalis. Jika sosialisasinya terkesan eksklusif, bagaimana bisa kita berharap partisipasi masyarakat meningkat?" ungkap Rina, seorang dosen ilmu politik di universitas lokal.


Selain mempertanyakan efektivitas, sejumlah pihak juga menyoroti penggunaan anggaran yang dianggap kurang tepat. Menyewa hotel mewah untuk acara semacam ini dipandang sebagai pemborosan. Dana tersebut, menurut banyak pihak, sebaiknya digunakan untuk kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat, seperti kampanye edukasi di desa-desa atau kegiatan sosialisasi yang lebih kreatif di media sosial, yang lebih relevan bagi generasi muda.


Meskipun kritik ini telah banyak beredar, KPUD Indramayu belum memberikan pernyataan resmi. Mereka menganggap bahwa media gathering tersebut merupakan upaya untuk mempererat hubungan dengan insan pers guna menyebarkan informasi pemilu yang lebih luas kepada masyarakat. Namun, pandangan ini dinilai kurang relevan dengan kebutuhan sosialisasi yang lebih langsung dan menyentuh masyarakat.


Diharapkan kritik yang muncul dari berbagai pihak ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi KPUD Indramayu dalam merancang program-program sosialisasi pemilu yang lebih tepat sasaran, efisien, serta benar-benar bermanfaat bagi masyarakat luas. Sosialisasi pemilu bukanlah sekadar seremonial, tetapi merupakan upaya mendalam untuk menyampaikan pesan demokrasi kepada seluruh lapisan masyarakat. ( Suryana )

Posting Komentar untuk "Sosialisasi KPUD Indramayu: Serimoni belaka dan Mirip Tamasya, Rakyat Kehilangan Esensi Pemilu"